Sabtu, 19 Juni 2010

PENDEKATAN PSIKOANALISIS DALAM KONSELING

BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia tidak lepas dari perkembangan di Negara asalnya Amerika Serikat. Untuk kondisi Indonesia, sebaiknya di terapkan paham humanistik-religius, artinya menghargai manusia atau potensinya, namun ketaatan kepada Tuhan tidak terabaikan. Sehingga bimbingan dan konseling menjurus kepada pengembangan potensi dan penyerahan diri kepada Allah SWT.
Dalam praktek-praktek terapi individual dan kelompok, sangat menghargai pandangan psikoanalitik tentang pentingnya perkembangan psikoseksual dan psikososial awal. bahwa dalam pengalaman masa lampau memainkan peran penting dalam pembentukan kepribadian dan tingkah laku hari ini. Sekalipun menolak pandangan deterministik yang meyakini bahwa manusia adalah produk pengkondisian awal dan karenanya menjadi korban pengalaman masa lampaunya. Makalah percaya bahwa pengeksplorasian masa lampau adalah hal yang esensial, terutama sejauh masa lampau itu berkaitan dengan kesulitan-kesulitan emosional dan behavioral hari ini.
Dalam penyeleksian delapan model konseling dan psikoterapi yang bisa dimasukan kedalam tiga kategori. Kategori pertama adalah pendekatan psikodinamika yang berlandaskan terutama pada pemahaman,motivasi tak sadar, serta rekontruksi kepribadian, dan merupakan terapi psikoanalitik. Kategori kedua adalah terapi-terapi yang berorientasi eksperiensial dan relasi yang berlandaskan psikologi humanistik, meliputi terapi-terapi eksistensial, terapi client-centered, dan terapi gestalt. Kategori ketiga adalah terapi-terapi yang berorientasi pada tingkah laku, rasional-kognitif dan "tindakan", yang mencakup Analisis Transaksional,terapi-terapi tingkah laku, terapi rasional-emotif, dan terapi realitas. Untuk tujuan memelihara konsistensi.
Dalam pendekatan terapi psikoanalitik yang difiguri oleh Sigmund freud dan figure-figur lain seperti Jungk, Adler, Sullivan, Rank, Fromm, Honey, Erikson. Secara historis merupakan system psikoterapi pertama. Psikoanalisis adalah suatu teori kepribadian, sistem filsafat, dan metode psikoterapi.
BAB II
PENDEKATAN PSIKOANALISIS DALAM PROSES KONSELING

A. Teori Sigmund Freud tentang Psikoanalisis
Menurut Freud, kesadaran hanya merupakan sebagian kecil saja dari pada seluruh kehidupan psikis, Freud memisalkan psyche itu sebagai gunung es ditengah lautan, yang ada diatas permukaan air laut itu menggambarkan kesadaran, sedangkan dibawah permukaan air laut yang merupakan bagian terbesar menggambarkan ketidaksadaran.

B. Konsep-Konsep Utama Psikoanalisis Mengenai Kepribadian
Teori Freud mengenai kepribadian dapat diikhtisar dalam rangka sruktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian.
1. Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalisis, stuktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu: Id (Das Es) sebagai aspek biologis, Ego (Das Ich) sebagai aspek psikologis dan Super Ego (Das Ueber Ich) sebagai aspek sosiologis. Ketiganya merupakan nama bagi proses-proses psikologis yang merupakan fungsi-fungsi kepribadian. Oleh karena itu, tingkah laku merupakan hasil sama dari ketiga aspek ini.
a. Id (Das Es)
Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem original didalam kepribadian, dari aspek ini kedua aspek yang lain tumbuh. Id disebut juga realitas psikis yang sebenar-benarnya dan merupakan tempat bersemayamnya naluri-naluri. Oleh karena id merupakan dunia batin atau subyektif manusia, dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia obyektif (dunia luar). Id bersifat tidak logis, amoral dan didorong oleh satu kepentingan yaitu memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan. Oleh karena itu, pedoman dalam berfungsinya id ialah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar keenakan. Untuk menghilangkan ketidakenakan dan mencapai kesenangan itu, id mempunyai dua cara (alat proses), yaitu:
1) Reflex dan reaksi-reaksi otomatis, seperti: bersin, berkedip, dan sebagainya.
2) Proses primer, seperti: orang lapar membayangkan makanan.
3) Akan tetapi cara “ada” itu tidak memenuhi kebutuhan (orang lapar tidak akan menjadi kenyang dengan membayangkan makanan), maka perlulah adanya sistem lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia obyektif yaitu ego (das ich).
b. Ego (Das Ich)
Aspek ini adalah aspek psikologis dari pada kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (realitas). Letak perbedaan antara id dan ego, yaitu id hanya mengenal dunia subyekyif (dunia batin) sedangkan ego dapat membedakan sesuatu yang ada didalam batin dan sesuatu yang ada di dunia luar (dunia obyektif atau realitas). Dapat dikatakan, bahwa ego sebagai eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan dan mengatur atau sebagai “polisi lalu lintas” bagi id, super ego dan dunia eksternal. Di dalam berfungsinya ego berpegang pada “prinsip kenyataan” atau “prinsip realitas” dan bereaksi dengan proses sekunder dengan cara memutuskan suatu rencana atau mentestnya dengan sesuatu tindakan. Proses sekunder, misalnya: orang lapar merencanakan dimana dia dapat makan, lalu pergi ketempat tersebut untuk mengetahui apakah rencana tersebut berhasil atau tidak. Dengan demikian, ego berlaku realistis dan berfikir logis serta memutuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan. Jadi yang menjadi peran utama ego ialah menjadi perantara antara kebutuhan-kebutuhan instinktif dengan keadaan lingkungan demi kepentingan adanya organisme.
c. Super Ego (Das Ueber Ich)
Aspek ini adalah aspek sosiologis sebagai cabang moral atau hukum dari kepribadian, yang merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsikan orang tua kepada anak-anaknya yang dimasukan (diajarkan) dengan berbagai perintah dan larangan. Super ego lebih merupakan kesempurnaan dari pada kesenangan, karena itu super ego dianggap sebagai aspek moral kepribadiaan. Fungsinya yang pokok ialah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.
Adapun fungsi pokok super ego dapat dilihat dalam hubungan dengan ketiga aspek kepribadian itu, yaitu:
1) Marintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat;
2) Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitis dari pada yang realistis;
3) Mengejar kesempurnaan.
Jadi super ego (das ueber ich) itu cenderung untuk menentang baik ego (das ich) maupun id (das es) dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal.
2. Dinamika Kepribadian
Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positivisme abad ke-19 dan menganggap organisme manusia sebagai suatu energi yang kompleks. Energi yang di peroleh dari makanan (energi fisik). Berdasarkan hukum penyimpangan (conservation of energi) energi tidak dapat hilang, tetapi dapat berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain. Energi fisik dapat berubah menjadi energi psikis. Jembatan antar energi tubuh dengan kepribadian ialah id beserta insting-instingnya.
a. Instink
Instink menurut Freud sebagai sumber perangsang somatis yang dibawa sejak lahir. Suatu insting merupakan sejumlah energi psikis, kumpulan dari semua instink- instink merupakan keseluruhan dari pada energi psikis yang digunakan oleh kepribadian. Sumber instink yaitu kondisi jasmani yang menjadi kebutuhan; tujuan instink ialah menghilangkan rangsangan kerjasama sehingga ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya energi dapat ditiadakan; obyek instik ialah segala aktivitas yang menyebabkan tercapainya kebutuhan; sedangkan pendorong atau penggerak instink yaitu kekuatan instink itu yang tergantung kepada intensitas (besar- kecilnya) kebutuhan.

b. Distribusi dan Penggunaan Energi Psikis
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena sejumlah atau banyaknya energi itu terbatas maka akan terjadi semacam persainggan diantara ketiga aspek itu didalam mengunakan energi tersebut, kalau sesuatu aspek banyak menggunakan energi (menjadi kuat), maka kedua aspek yang lain harus (dengan sendirinya) menjadi lemah.
Pada mulanya id yang memiliki semua energi dan mempergunakannya untuk gejala-gejala refleks dan pemenuhan keinginan. Cara penggunaan energi ini disebut pemilihan obyek secara instingtif (instinctual object cathexis) energi pada id sangat mudah berpindah-pindah sehubungan karena id tidak dapat membedakan obyek yang sesuai atau tidak, sehingga id tidak dapat memuaskan atau meredakan ketegangan. Sedangkan ego selalu berhasil dalam menemukan alat yang memuaskan, maka energi tersebut dipergunakan oleh ego dan lambat laun ego memonopoli hampir semua energi. Energi ini dipergunakan ego juga untuk menekan id agar tidak terlalu implusif, bila id terlalu berbahaya ego mengunakan suatu mekanisme pertahanan diri.
c. Kecemasan atau Ketakutan
Dinamika kepribadian dapat kita lihat sebahagian besar dikuasai oleh keharusan untuk memuaskan kebutuhan dengan cara berhubungan dengan obyek-obyek yang ada didunia luar. Dalam menghadapi obyek tersebut individu tidak selamanya dengan mudah dan berhasil, tetapi selalu menemui ancaman berupa hal-hal yang tidak menyenangkan atau menyakitkan, maka individu merasa cemas. Biasanya reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dapat diatasinya ialah menjadi cemas.
Freud mengemukakan adanya tiga macam kecemasan yaitu: kecemasan realistis yang bersumber pada ego, kecemasan neurotis yang sumbernya pada id, dan kecemasan moral yang bersumber dari super ego. Kecemasan realistis yang paling pokok, yaitu takut terhadap bahaya-bahaya yang datang dari luar individu, dan kedua kecemasan yang lain berasal dari kecemasan realistis ini. Kecemasan neurotis adalah kecemasan yang timbul apabila instink tidak terkendalikan, sehingga ego akan dihukum. Kecemasan moral adalah kecemasan terhadap hati nurani sendiri.
Kecemasan berfungsi melindungi individu dari bahaya, dan merupakan isyarat bagi ego segera melakukan tindakan. Apabila ego tidak dapat menguasai kecemasan dengan cara yang rasional, maka ego akan menghadapinya dengan jalan yang tidak realistis.
3. Perkembangan kepribadian
Freud berpendapat, bahwa kepribadian pada dasarnya telah terbentuk pada akhir tahun kelima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Kepribadian itu berkembang dalam hubumgan dengan empat sumber tegangan pokok,yaitu: proses pertumbuhan fisiologis,prustasi,konflik dan ancaman.
Metode-metode atau cara yang dipergunakan oleh individu untuk mrngatasi prustasi, konflik,serta kecemasan, yaitu sebagai berikut:
a. Identifikasi
Yaitu metode yang dipergunakan orang dalam menghadapi orang lain dan membuatnya menjadi bagian dari pada keprubadiannya
b. Pemindahan objek
Apabila objek pilihan sesuatu instink yang asli tidak dapat dicapai karena rintangan (anti cathexis) baik dari dalam maupun dari luar. Adapun arah pemindahan objek ditentukan oleh dua factor yaitu:
1) Kemiripan objek pengganti terhadap objek aslinya
2) Sanksi-sanksi dan larangan-larangan masyarakat
c. Mekanisme pertahanan ego
Karena tekanan kecemasan ataupun ketakutan yang betlebihan, maka ego terkadang mengambil cara yang ekstrem untuk menghilangkan atau mereduksikan tegangan atau disebut mekanisme pertahanan. Bentuk-bentuk pokok mekanisme pertahanan itu adalah :
1) Penekanan atau represi, yaitu salah satu bentuk mekanisme pertahanan ego. Penekanan terjadi apabila suatu pemilihan objek dipaksa keluar dari kesadaran oleh anti cathexis(kekuatan-kekuatan penahanan)
2) Proyeksi, yaitu mekanisme yang dipergunakan untuk mengubah ketakutan neurotis dan ketakutan moral menjadi ketakutan realitas.
3) Pembentukan reaksi,yaitu penggantian impus atau perasaan yang menimbulkan ketakutan atau kecemasan dengan lawannya didalam kesadaran,misalnya benci diganti dengan cinta.
4) Fiksasi dan Regresi, pada perkembangan yang normal kepribadian akan melewati fase-fase yang sedikit banyak sudah tetap dari lahir sampai mencapai kedewasaan yang akan membawa sejumlah frustasi dan ketakutan, dengan kata lain orang akan mengalami fiksasi pada suatu fase yang lebih awal begitupun regresi sangat erat hubungannya dengan fiksasi itu pada umumnya fiksasi dan regresi adalah keadaan nisbi artinya seorang jarang benar-benar mengalami fiksasi dan regresi. Fiksasi dan regresi inilah yang menyebabkan ketidaksamaan dalam perkembangan kepribadian.
d. Fase-Fase perkembangan
Freud berpendapat bahwa fase-fase perkembangan terbagi atas:
1) Fase Oral (usia 0 sampai 1 tahun). Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktifitas dinamis.
2) Fase Anal ( kira-kira usia 1 sampai 3 tahun). Pada fase ini cathexis (kekuatan pendorong) dan anti cathexis (kekuatan penahan) berpusat pada fungsi eliminative (pembuangan kotoran)
3) Fase Falis (kira-kira usia 3 sampai 5 tahun). Pada fase ini alat-alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting.
4) Fase Latent (kira-kiara usia 5 sampai 12 tahun atau 13 tahun). Pada Fase ini impuls-impuls cenderung umtuk ada dalam keadaan tertekan.
5) Fase Pubertas (kira-kira 12 atau 13 sampai 20 tahun). Pada fase ini impuls-impuls menonjol kembali.
Walaupun Freud menggambarkan perkembangan itu dalam fase-fase namun ia tidak bependapat bahwa antara fase-fase tersebut satu sama lain terdapat batas yang tajam.


C. Proses-Proses dalam Konseling Psikoanalisis
Sesuai dengan alirannya , maka setiap konseling diwarnai oleh filsafat dan teori yang dianut oleh teori tersebut. Berikut ini akan diuraikan garis-garis besar proses konseling psikoanalisis .
1. Tujuan konseling
Tujuan konseling aliran psikoanalisis adalah untuk membentuk kembali stuktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal yang tak disadari menjadi sadar kembali. Jadi penekanan konseling adalah pada aspek afektif sebagai pokok pangkal munculnya ketaksadaran manusia. Akan tetapi aspek kognitif tetap diperhatikan, akan tetapi tidak sepenting aspek afektif.
2. Fungsi konselor
Pada konseling psikoanalisis konselor mempunyai cirri unik dalam proses konselornya. Yaitu konselor bersikap anonym, artinyaa konselor bersikap berusaha tak dikenal klien dan bertindak sedikit sekali memperlihatkan perasaan dan pengalamannya. Tujuannya adalah agar klien dengan mudah memantulkan perasaan kepada konselor. Pemantulan itu merupakan proyeksi klien yang menjadi analisis bagi konselor. Hal yang terpenting dalam proses konseling adalah memberikan perhatian terhadap keadaan resistensi klien yaitu suatu keadaan dimana klien melindungi suatu perasaan , trauma, atau kegagalan klien terhadap konselor.fungsi konselor adalah mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketaksadaran klien yang dilindunginya dengan cara transferensi itu selain itu konselor membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, krtulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara realistis.
3. Proses konseling
Secara sisitematis proses konseling yang dikemukakan dalam urutan fase-fase konseling dapat diikuti sebagai berikut;
a. Membina hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal konseling.
b. Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya, dan melakukan tranferensi.
c. Tilikan terhadap masa lalu klien terutama pada masa anak-anak.
d. Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri.
e. Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
f. Melanjiutkan lagi hal-hal yang resistensi.
g. Menutup wawancara konseling.

D. Teknik Konseling
Teknik-teknik dalam psikoanalisa digunakan untuk meningkatkan kesadaran mendapatkan tilikan intelektual ke dalam prilaku klien, dan memahami gejala-gejala yang nampak. Ada lima teknik dasar dalam teori psikoanalisa yaitu:
1. Asosiasi bebas.
Asosiasi bebas adalah satu metoda pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau. Hal ini disebut sebagai katarsis. Katarsis secara sementara dapat mengurangi pengalaman klien yang menyakitkan, akan tetapi tidak memegang peranan utama dalam proses penyembuhan.sebagai suatu cara membantu klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri, konselor menafsirkan makna-makna yang menjadi kinci dari asosiasi bebas. Selama asosiasi bebas tugas konselor adalah untuk mengidentifikasi hal-hal yang tertekan dan terkunci dalam ketaksadaran
2. Interpretasi
Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi, analisis tranparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan aanalisis, penjelasan, dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubunganterapetik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi. Interpretasi mengarahkan tilikan dan hal-hal yang tidak disadari klien.
Hal yang terpenting adalah bahwa interpretasi harus dilakukan pada waktu-waktu yang tepat karena kalau tidak, klien dapat menolaknya. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam interpretasi sebagai teknik terapi.
Pertama, interpretasi hendaknya hendaknya disajikan pada saat gejala yang diinterpretasikan berhubungan erat dengan hal-hal yang disadari klien.
Kedua, interpretasi hendaknya selalu dimulai dari permukaan dan baru manuju ke hal-hal yang dalam yang dapat dialami oleh situasi emosional klien.
Ketiga, menetapkan resistensi atau pertahanan sebelim menginterpretasikan emosi atau konflik.
3. Analisis mimpi
Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk mambuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh tilikan kepada masalah-masalah yang belum terpecahakan.proses terjadinya mimpi adalah karena di waktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan kompleks yang terdesakpun muncul ke permukaan karena dalam mimpi semua keinginan, kebutuhan, dan ketakutan yang tidak disadari diekspresikan.
4. Analisis Resistensi.
Resistensi, sebagai suatu konsep fundamental praktek-praktek psikoanalisa, yang bekerja melawan kemajuan terapi dan mencegah klien untuk menampilkan hal-hal yang tidak disadari. Anlaisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alas an-alasan terjadinya resistensinya. Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi.
5. Analisis transferensi.
Konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar teringkap neurosisnya terutama pada usia selam lima tahun pertama hidupnya. Konselor manggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonym, dan pasif agar terungkap transferensi tersebut.

E. Tokoh-Tokoh Psikoanalisis
1. Sigmund Freud (1856-1939)
Sepanjang masa hidupnya, Freud adalah seorang yang produktif. Meskipun ia dianggap sosok yang kontroversial dan banyak tokoh yang berseberangan dengan dirinya, Freud tetap diakui sebagai salah seorang intelektual besar. Pengaruhnya bertahan hingga saat ini, dan tidak hanya pada bidang psikologi, bahkan meluas ke bidang-bidang lain. Karyanya, Studies in Histeria (1875) menandai berdirinya aliran psikoanalisa, berisi ide-ide dan diskusi tentang teknik terapi yang dilakukan oleh Freud.
Freud berkebangsaan Austria, lahir 6 Mei 1856 di Pribor, (ketika itu) Austria, lalu bersama keluarganya pindah ke Wina dan terus tinggal di kota itu. Ia berasal dari keluarga miskin, ayahnya adalah pedagang bahan wol yg tdk terlalu sukses. Sejak kecil Freud sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Ia belajar kedokteran dan memilih spesialisasi di bidang neurologis. Dalam prakteknya sebagai ahli syaraf inilah Freud banyak mengembangkan ide dan teorinya mengenai teknik terapi psikoanalisa.
Ada dua orang yang berpengaruh besar bagi pemikiran Freud, yaitu Breuer, seorang psikiater terkenal di Wina dan Charcot, dokter syaraf terkenal di Perancis. Bersama-sama dengan Breuer, Freud menangani pasien-pasien dengan gangguan histeria yang menjadi bahan bagi tulisannya, Studies in Histeria. Dari Charcot ia banyak belajar mengenai teknik hipnosis dalam menangani pasien histeria karena Charcot mengembangkan teknik hipnose. Kelak Freud meninggalkan teknik hipnose ini karena sulit diterapkan dan mengembangkan teknik menggali ketidaksadaran lewat kesadaran, seperti free association. Dengan mengembangkan teknik ini Freud lebih percaya bahwa hal-hal di ketidaksadaran bukan dilupakan (seperti teori Charcot), tetapi direpres (ditekan ke dalam ketidaksadaran agar tidak muncul).
Pada dekade awal abad 20, psikoanalisa semakin populer dan tulisan-tulisan Freud semakin berpengaruh. Ia juga memiliki banyak pengikut/murid yang terkenal, antara lain Adler dan Jung. Mulai terbentuk forum-forum diskusi rutin antar ahli psikoanalisa dimana mereka dapat mendiskusikan konsep-konsep psikoanalisa. Pada tahun 1909, Freud diundang oleh G. Stanley Hall untuk berpidato di Clark Uni, salah satu uni besar di AS, dan dengan demikian Freud juga sudah diakui di AS. Pada tahun 1910 International Psychoanalysis Association terbentuk dan Jung menjadi ketua pertamanya. Para kolega Freud memprotes hal ini dan membela Freud untuk menjadi ketuanya. Hubungan Jung dan Freud akhirnya terganggu.
Freud meninggalkan Austria pada saat Hitler semakin berkuasa dan posisinya sebagai intelektual Yahudi memberinya berbagai kesulitan. Melalui usaha Ernest Jones, seorang Inggris dan dubes Inggris di Austria, pada tahun 1938 Freud keluar dari Austria dan berimigrasi ke Inggris hingga akhir hayatnya di 1939.
 Sumbangan Freud
 Sebagai orang pertama yang menyentuk konsep-konsep psikologi seperti peran ketidaksadaran (unconsciousness), anxiety, motivasi, pendekatan teori perkembangan untuk menjelaskan struktur kepribadian
 Posisinya yang kukuh sebagai seorang deterministik sekaligus menunjukkan hukum-hukum perilaku, artinya perilaku manusia dapat diramalkan
 Freud juga mengkaji produk-produk budaya dari kacamata psikoanalisa, seperti puisi, drama, lukisan, dan lain-lain. Oleh karenanya ia memberi sumbangan juga pada analisis karya seni
 Kritik terhadap Freud
 Metode studinya yang dianggap kurang reliabel, sulit diuji secara sistematis dan sangat subyektif
 Konstruk-konstruk teorinya juga sulit diuji secara ilmiah sehingga diragukan keilmiahannya. Beberapa konsepnya bahkan dianggap fiksi, seperti Oedipus complex
 Bagi aliran behaviorist, yang dilakukan Freud adalah mempelajari intervening variable
2. Alfred Adler (1870-1937)
Adler mengembangkan yang disebut sebagai Individual Psychology. Banyak konsep Freud yang diikutinya, antara lain mengenai level kesadaran. Namun Adler menekankan pada faktor kesadaran/unsur ego . Teorinya banyak menyentuh unsur lingkungan sosial sehingga ia juga dikenal sebagai seorang psikoanalis sosial yang pertama. Sebagai seorang pengikut Freud, Adler memilih jalan berbeda dari Freud dan menganggap teori Freud sangat menekankan unsur seksual sehingga kurang realistis.
Adler dibina dari keluarga pedagang yang berada. Sejak kecil ia sakit-sakitan dan hal ini menumbukan cita-cita untuk menjadi seorang dokter. Pada tahun 1895 ia lulus kedokteran dari Universitas Wina, lalu berpraktek sebagai dokter mata sebelum akhirnya menekuni bidang psikiatri dan menjadi psikiater.
Konsep utama Adler adalah organ inferiority. Berangkat dari teorinya tentang adanya inferiority karena kekurangan fisik yang berusaha diatasi manusia, ia memperluas teorinya dengan menyatakan bahwa perasaan inferior adalah universal. Setiap manusia pasti punya perasaan inferior karena kekurangannya dan berusaha melakukan kompensasi atas perasaan ini. Kompensasi ini bisa dalam bentuk menyesuaikan diri ataupun membentuk pertahanan yang memungkinkannya mengatasi kelemahan tsb.
Selanjutnya, Adler juga membahas tentang striving for superiority, yaitu dorongan untuk mengatasi inferiority dengan mencapai keunggulan. Dorongan ini sifatnya bawaan dan merupakan daya penggerak yang kuat bagi individu sepanjang hidupnya. Adanya striving for superiority menyebabkan manusia selalu berkembang ke arah kesempurnaan. Teorinya ini yang membuat Adler memiliki pandangn lebih optimis dan positif terhadap manusia serta lebih berorientasi ke masa depan dibandingkan Freud yang lebih berorientasi ke masa lalu.
3. Carl Gustav Jung (1875-1961)
Dikenal mengembangkan Analytical Psychology. Sebagai murid Freud, Jung juga mengajukan keberatan terhadap beberapa konsep utama Freud yang menyebabkan hubungan keduanya renggang dan retak. Perbedaan utama Jung dan Freud terletak pada pandangan mereka tentang ketidaksadaran. Meskipun keduanya sama-sama menekankan ketidaksadaran sebagai penentu perilaku manusia (bahkan Jung lebih kuat dalam hal ini), tapi mereka berbeda posisi tentang asal ketidaksadaran ini. Freud mengatakan bahwa unsur seksual adalah faktor utama dan dominan dalam ketidaksadaran sementara Jung sangat tidak setuju dgn pandangan ini dan menyatakan bahwa sumber ketidaksadaran adalah warisan dari nenek moyang sehingga sifatnya sosial dan tergantung kelompok ras.
Jung lahir di Swiss, ayahnya adalah pendeta dan unsur religius nantinya akan banyak berperan dalam pemikiran-pemikirannya. Ia belajar kedokteran di Universitas Basel, lulus 1900. Kemudian ia ditunjuk bekerja di klinik psikiatri Universitas Zurich tahun 1909. Ia adalah ketua pertama International Psychoanalitic Association tahun 1911. Tahun 1914 ia mengundurkan diri dari posisinya tersebut dan mendirikan analytical psychology. Pada tahun 1920an ia banyak melakukan ekspedisi lapangan ke Afrika dan Amerika Selatan sambil meneliti dan mengembangkan teorinya. Ekspedisi ini secara signifikan mempengaruhi teori-teorinya yang kental unsur budayanya. Tahun 1948 C.G. Jung Institute didirikan di Zurich untuk mengembangkan teorinya dan teknik terapinya.
Jung menekankan pada aspek ketidaksadaran dengan konsep utamanya, collective unconscious. Konsep ini sifatnya transpersonal, ada pada seluruh manusia. Hal ini dpt dibuktikan melalui struktur otak manusia yang tidak berubah. Collective unconscious terdiri dari jejak ingatan yang diturunkan dari generasi terdahulu, cakupannya sampai pada masa pra-manusia. Misalnya, cinta pada orangtua, takut pada binatang buas,dan lain-lain. Collective unconscious ini menjadi dasar kepribadian manusia karena didalamnya terkandung nilai dan kebijaksanaan yang dianut manusia.
Ide-ide yang diturunkan atau primordial images disebut sebagai archetype. Terbentuk dari pengalaman yang berulang dalam kurun waktu yang lama. Ada beberapa archetype mendasar pada manusia, yaitu persona, anima, shadow, self. Archetype inilah yang menjadi isi collective unconsciousness.


*****













BAB III
KESIMPULAN

Aliran psikoanalisis dipelopori oleh seorang dokter psikiatri yaitu Sigmund Freud pada tahun 1896. Ia mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam kataksadaran. Sedangkan alam kesadarannya dapat diumpamakan puncak gunung es yang muncul di tengah laut. Sebagian besar gunung es yang terbenam itu diibaratkan alam ketaksadaran manusia.
Dalam buku lain Sigmund Freud mengatakan psikoanalisis yang memberikan kontribusinya pada formulasi kepribadian yang menekankan pada formulasi kepribadian yang menekankan pada karakter yang bermotif dari tingkah laku. Psikoanalisis menembus seluruh psikologi yang menjadi dasar pendidikan konselor. Di samping itu psikoanalisis memberikan kontribusi dalam analisis dan teknik-teknik terapi yang digunakan dalam konseling.
Struktur kepribadian yang terdiri dari tiga sistem: id, ego, superego. Id adalah komponen biologis, ego adalah komponen psikologis, sedangkan superego adalah komponen sosial.
Menurut Freud manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasioanl, motivasi-motivasi tak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan oleh peristiwa-peristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama dari kehidupan pandangan Freudian tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik, dan reduksionalistik.
Konsep-konsep utama dalam pendekatan psikoanalisis yaitu:
1. Dinamika kepribadian / struktur kepribadian
2. Pandangan tentang sifat manusia
3. Insting
4. Kesadaran dan ketaksadaran
5. Kecemasan
6. Mekanisme-mekanisme pertahanan ego
7. Perkembangan kepribadian
Dalam proses konseling yang sesuai dengan alirannya, maka setiap kegiatan konseling diwarnai oleh filsafat dan teori yang dianut oleh kegiatan konseling itu. Demikian pula dengan psikoanalisis, mempunyai cara tersendiri dalam kegiatan konseling atau terapinya. Secara garis besar proses konseling psikoanalisis dengan jabaran pada tujuan konseling, fungsi, dan peranan konselor, hubungan konselor dengan klien teknik-teknik dan proses konseling.


*****























DAFTAR PUSTAKA

Corey, gerald. 2009. Teori dan Peraktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Rafika Aditarma.
Hall, Calvin dan Gardner Lindzey. 2005. Teori-Teori Psikodinamika (Klinis). Yogyakarta: Penerbit Kanisus.
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/psikoanalisis.html.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1995. Teori-Teori Konseling Sosial. Jakarta: PT raja Grapindo Persada.
Surya, Mohamad, Prof, Dr. 2003. TEORI-TEORI KONSELING. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Suryabrata, Sumandi. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persadsa.
Willis, Sofyan, Prof, Dr. 2007. Konseling Individual. Bandung: Alfabeta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar